Jumat, 23 April 2010
Otak
Ada masa saat aku suka membaca buku-buku tentang psikologi. Yang aku maksud adalah buku tentang orang-orang yang mengalami gangguan jiwa. Dari situ pun aku berkesimpulan, "Betapa hebatnya otak manusia karena dapat membuat suatu kepribadian multipel, skizofrenia, atau lainnya. Sungguh suatu misteri yang agung!" Dari situlah aku tertarik untuk mendalami otak dan kejiwaan. Lalu aku menonton The Gifted Hands dan aku pun semakin terpesona. Seseorang yang awalnya bodoh dapat menjadi sangat pintar. Otak manusia memang suatu misteri. Lalu aku pun merefleksikan diriku. Otakku memang suatu misteri dan sepertinya, perlahan-lahan, mekanisme pertahanan diriku dapat membentuk suatu imajinasi dalam otakku, yang susah kubedakan dengan dunia nyata... I'm becoming someone I read on the books.
Aku orang pincang...
Dalam gelapku aku bertanya
Siapakah aku ini?
Buat apa aku ada?
Aku orang sakit
Mencoba melayani sesamanya
Apakah visiku?
Apakah misiku?
Karena aku adalah hampa
Yang mencari harapan
Mencoba berdiri
Tapi selalu jatuh
Mencoba berjalan
Tapi selalu tersandung
Mencoba berlari?
Apalagi...
Aku hanyalah orang pincang
Yang mencoba mendaki
Siapakah aku ini?
Buat apa aku ada?
Aku orang sakit
Mencoba melayani sesamanya
Apakah visiku?
Apakah misiku?
Karena aku adalah hampa
Yang mencari harapan
Mencoba berdiri
Tapi selalu jatuh
Mencoba berjalan
Tapi selalu tersandung
Mencoba berlari?
Apalagi...
Aku hanyalah orang pincang
Yang mencoba mendaki
Yup, life is painful...
MY life is painful. Itu lebih tepat. Mungkin bagi orang-orang yang tahu masalahku, mereka akan menanggapi, "Begitu aja udah stress banget!" Mereka akan mencibir, terutama orang-orang yang jauh lebih berpengalaman dalam kegagalanku. Buat mereka itu hanyalah kerikil kecil dalam meniti karirku. Tapi bukan cuma itu! Kegagalanku mengartikan semuanya! Kegagalanku meledakkan kepribadianku yang sebenarnya. Kegagalanku mengeluarkan sisi tergelap dalam diriku. Dan aku pun menangis. Menangisi kegagalanku, menangisi pilihanku, menangisi hidupku. Aku hanya ingin sendiri, yah sebenarnya aku butuh seseorang yang memahamiku. Bukan orang yang menghiburku dengan menceritakan kesuperiorannya, itu hanya akan membuatku jatuh semakin dalam. Aku butuh seseorang yang mengajariku untuk memahami diriku sendiri. Ya benar, aku memang tidak memahami diriku. Aku mengenal diriku, namun aku tidak memahaminya. Di saat semua orang berjalan maju, aku malah berbalik mundur. Di saat semua orang senang berkenalan dengan orang-orang baru atau memuja-muji mereka; aku semakin terkukung dalam kesendirianku, membangun empat tembok di sekelilingku. Tapi aku tidak mau sendirian dalam keempat tembok ini! Aku butuh orang lain untuk menghancurkan tembok-tembok ini, mengeluarkanku dari sangkarku sendiri, dan menjadi pribadi lain yang lebih baik. Mungkinkah itu terjadi? Karena aku terpuruk semakin dalam, menyesali hidupku, dan bimbang akan pilihanku. Kegagalanku menjawab pertanyaan yang selalu tertanam dalam hatiku, "Benarkah ini pilihan yang tepat bagiku?" Lalu lagi-lagi aku pun bertanya, "Apakah yang aku inginkan sebenarnya?" Hampir dua puluh dua tahun aku mencari jawabannya namun masih belum mendapatkannya. Mungkin Tuhan sebenarnya sudah membantuku menjawab pertanyaan itu jadi semua tergantung padaku apakah aku berani mendobrak pintu karirku ini. Apakah aku berani membuat terobosan baru dalam hidupku? Jawabannya tidak. Selama aku masih menjadi diriku, aku tidak akan berani mendobrak pintu itu. Dan aku tahu selamanya aku akan menjadi diriku. Lingkaran setan ini akan terus berlanjut dan aku pun tetap berdiam dalam sangkar kesepianku...
Langganan:
Postingan (Atom)