Sabtu, 13 Maret 2010

Review Chants of Lotus (Perempuan Punya Cerita)

Film penuh kontroversi dan adegan yang disensor ini akhirnya dirilis juga VCD/DVDnya. Bagi yang belum tau, film ini terdiri dari 4 film pendek yang disutradarai oleh 4 sutradara perempuan yang berbeda. Tema yang diangkat adalah tentang perempuan tentunya, nasib perempuan yang diperjualbelikan, diperkosa, dan persoalan lainnya lah. Berikut ini gw bakal ngebahas tiap ceritanya n tentu saja kelebihan dan kekurangan penggarapan filmnya.

1. Cerita Pulau (Chant from an Island)

Tokohnya Bidan Sumantri (Rieke Dyah Pitaloka) yang sayang banget sama Wulan (Rachel Maryam), seorang perempuan retardasi mental. Wulan ini masih muda dan tumbuh remaja sebagai seorang yang cantik. Nah, cowo-cowo di pulau sana suatu hari memperkosa dia. Waktu Sumantri ini ngelapor ke polisi, polisi mengingatkan dia dengan kasus aborsi yang dilakukan Sumantri ini. Sumantri, sebagai bidan, membela kalau dia tidak mengaborsi, ibunya akan meninggal. Polisinya tetep bersikukuh kalau aborsi itu dosa. Lama setelah itu, Sumantri yang takut kalau Wulan hamil memeriksa dia dan ternyata benar hamil. Akhirnya Sumantri pun mengaborsi Wulan bertepatan dengan ditemukannya pelaku pemerkosa. Believe it or not, pelakunya itu hanya memberikan sejumlah uang ke Maktua, walinya Wulan, atau orang tuanya (di sini hubungannya ga jelas). Sumantri marah dan dia pun bilang, “Uang tidak bisa membersihkan kesalahan… sampai kapan pun!!!” Tanggapannya? Para pemimpin pulau itu hanya tertawa saja mendengarnya. Sumantri yang sudah menyandang stadium 3 kanker payudara pun pingsan dan akhirnya dibawa ke Jakarta oleh suaminya. Lalu Wulan bagaimana? Cuma bisa menangis menatap kepergian Sumantri, orang yang selalu melindunginya. Seterusnya gimana? Mungkin makin banyak uang yang akan diterima Maktua, kita ga tau, film ini cuma membeberkan fakta yang ada aja.

Rieke Dyah Pitaloka bagus banget mainnya, Rachel Maryam juga membuktikan sekolah aktingnya itu ga sia2. Tapi… sebenernya kenapa tokoh Sumantri harus diceritakan kanker payudara stadium 3, tp ceritanya hanya berhenti sampai situ? Ga berkembang lagi, kecuali saat terakhir yang menyebutkan dia harus dibawa ke Jakarta untuk operasi (stadium 3 masih bisa operasi ya? Udah parah kali). Penampilannya juga ok2 aja tuh di sepanjang film, ga semakin mengurus ato semakin lemah, cuma terakhir aja yang dia pingsan. Menurut gw, cerita ini kurang digali n kurang ditekankan apa hubungannya sama cerita lain, kayanya kurang berhubungan aja karena gw tau inti cerita ini tuh Wulan.

2. Cerita Yogyakarta (Chant from a Tourist Town)

Wah, cerita ini paling mengagetkan. Gw baru tau kalo di Yogya, SMA uda pada seks bebas, bahkan mereka mulai dari SMP. Masalah utamanya tuh Rahma, anak SMA, pacar Bagas, yang diperkosa bergilir sama Bagas n temen2nya, Dimas, Bagas sendiri, satu lagi gw lupa siapa, n Yanto (sebenernya dia ga perkosa). Rahma cuma disuruh minum Sprite n makan nanas muda (memalukan banget pengetahuan ini untuk pelajar tingkat SMA yang belajar Biologi di kota pelajar, Yogyakarta) yang menurut mereka setelah itu bakal “brojol” dalam 3 hari. Ya ga mungkin lah! Trus ada lagi Safina (Kirana Larasati), temen Rahma, yang masih perawan dan naksir berat sama Jay (Fauzi Baadila), wartawan yang ngaku mahasiswa Jakarta. Jay ini ngeliput tentang seks bebas di pelajar SMA. Dari warnet yg boleh liat situs porno, ngedeketin Safina, ngedeketin Dimas dkk, n banyak lagi d. Rahma akhirnya dibawa ke klinik aborsi, krn dia sangat ketakutan, akhirnya ga jadi, menurut dia mending jadi “manten” aja (penganten maksudnya). Yg jadi suaminya? Bukan Bagas pacarnya sendiri, tp Yanto, orang yang ga ngapa2in dia. Caranya gimana? Di-lotere. Kaya klo mahasiswa FKUI bagi tugas untuk LTM aja, pake kertas. Parahnya lagi, temen2 Yanto itu ngejebak dia karena semua kertasnya ditulisin nama Yanto. Berikutnya ke cerita ke2, Safina. Akhirnya dia pun ga jd perawan lagi. Jay, cowok yang kurang ajar bgt ini, berhubungan seks sama dia, trus seminggu kemudian, balik ke Jakarta, tanpa ngucapin apa2. Tiba2 ada artikel dia yg jd headline koran. Heboh d cerita krn ada seks bebas di SMA. Safina yg ditanyain wartawan pun bilang, “Mas Jay… Kok ga ada cerita merawanin aku? Lupa ya?” Jay yg liat di TV pun malu, n pacarnya marah.

Cerita ini paling gw ga suka. Cerita Safina kaya tempelan aja. Sama polanya kaya cerita pertama. Rahma itu inti ceritanya, entah kenapa ditempelin cerita Safina. Emang Safinanya yang mau sama Jay, uda tau ga ada harapan sama orang di Jakarta, ya pasti ngeseksnya juga main2 aja, ga serius. Mungkin ini juga kenaifannya Safina. Mainnya standar aja, malah yg bagus kynya Dimas d. Bagian yg disensor: ML-nya Fauzi sama Kirana lah.

3. Cerita Cibinong (Chant from a Village)

Cerita yang paling bagus. Ada subtitlenya lagi, karena semuanya ngomong bhs Sunda. Esi (Shanty), pelayan di klub dangdut yg penyanyinya Trio Dag Dig Dhuer (hahaha…) dengan pemimpinnya Cicih (Sarah Sechan). Esi punya anak namanya Maesaroh dan pacar yg ga ada kerjaan. Setiap malem, Esi ninggalin Saroh dan cowoknya itu berduaan. Suatu malem, dia pulang lebih cepet n baru tau klo tnyata slama ini si pacarnya itu (lupa gw namanya, Narto klo ga salah) memaksa Saroh untuk melakukan sesuatu (bukan diperkosa yang jelas, tp ga tau juga krn kesensor). Trus ada tokoh lagi yg namanya Kang Mansur. Cicih seneng bgt sama Mansur ini krn dia dijanjiin kerjaan di Jakarta. Padahal Kang Mansur ini pedagang perempuan, bosnya Koh2 lg. Dia tertarik banget sama Saroh yg masih SMP untuk dijual ke orang Taiwan. Akhirnya dengan bodohnya, Cicih ngajak Saroh juga ikutan. Saroh sempet nulis surat ke Emaknya, bilang klo dia mau cari duit, untuk emaknya juga. Setelah beberapa lama, Cicih yg akhirnya jg cuma jadi pelacur nekat pulang kampung krn cowok yang dia tiduri meninggal tiba2. Sblm dia pulang, dia sempet denger percakapan Kang Mansur dan bosnya yg Koh2 itu dan taulah dia jadinya, bisnis apa sebenernya Kang Mansur itu. Setibanya di Cibinong, dia ketemu sama Esi, lalu dia kasi 1 foto perkawinan Saroh dgn orang Taiwan. Cicih yang sangat menyesal sambil menangis-nangis bilang ke Esi klo dia mau bantuin Esi dengan sama2 lapor polisi. Dia bersedia jadi saksi. Dengan tolehan Esi ke Cicih pun film ini berakhir.

Cerita ini yang penggarapannya paling keren, persoalannya rumit, perdagangan anak perempuan. Di situ, bukan cuma Saroh, banyak banget anak2 ABG yg dijualbelikan untuk orang2 Taiwan. Shanty (lagi-lagi) mainnya OK bgt!!! Gw tepuk tanganin dia 2x krn adegan nangisnya yg hebat abis. Dan Sarah Sechan juga aktingnya ok. Sutradara emang menentukan, bagian akhir baru gw liat, sutradaranya Nia Dinata. Ga heran d. Lagi2 masalah sensor, di bagian ini bener2 parah, jd ga tau Sarohnya diapain. Pdhal kan itu tmasuk inti ceritanya.

4. Cerita Jakarta (Chant from the Capital City)

Cerita ini yg menurut gw paling logis terjadi di sekeliling gw. Iyalah, settingnya aja di Jakarta dan karakternya itu lho, orang2 Jakarta bgt. Reno (Winky), suaminya Laksmi (Susan Bachtiar) mati karena AIDS. Di awal cerita diperlihatkan adegan dia jatoh di WC, lg nyuntik (kynya WC Blitz Megaplex di GI d, ijo2 gt soalnya). Setelah itu, Laksmi yg masih kentel Cinanya, lg doa di klenteng. Seiring dengan ceritanya, ternyata dia juga kena AIDS. Analisisnya: Reno nge-drugs, AIDS +, ML dgn Laksmi, Laksmi juga AIDS +. Laksmi ini berobatnya ke shinse. Nah, krn Renonya meninggal, banyak bgt d masalah. Pertama, mobilnya dicuri sama penagih utang, ktnya Reno utang 80juta, jd mobilnya diambil tiba2. Bsok paginya, Laksmi nganterin anaknya Belinda yg dipanggil Bebe ke sekolah dgn Royal Taksi. Di tengah jalan dia ditelpon pembantunya Ira, ktnya mertua dia (orang tua Reno) datang mau ngambil Bebe ini. Dia trus ngobrak-ngabrik kamar Laksmi n nemuin surat pemeriksaan PK di RSCM yg nyebutin dia AIDS +. Mertuanya (Tarzan dan Ratna Riantiarno) menyimpulkan, Laksmi nularin AIDS ke Reno (plis deeee!!!!). Bukan cuma itu, saudara2nya Reno siap di depan sekolahnya Bebe utk ngambil dia. Akhirnya, Bebe pun ga sekolah. Laksmi mati2an mempertahankan anaknya. Dia nginep di saudara angkatnya yg suaminya jg ga setuju krn ia AIDS (takut nular, pdhal AIDS kan nular melalui cairan tubuh), sampe ga makan demi Bebe, nyewa kamar kost (akhirnya kebakaran n dia pun diusir). Intinya, Laksmi makin parah sakitnya dan Bebe ga bs hidup normal spt anak seusianya. Akhirnya, seperti Ibu lainnya bila dalam posisi sama, ia merelakan anaknya hidup dgn mertuanya. Suatu pagi, Bebe pergi ke sekolah dan saat dijemput ia akan dijemput oleh mertuanya itu.

Susan Bachtiar main bagus banget di sini. Ekspresinya ok dan di film ini detail juga diperhatikan. Kesehatannya makin memburuk diperlihatkan dgn adegan batuk2, semakin pucat, dan kurus. Oya, di film ini juga seperti promosi RSCM. RSCM disebut2 sebagai RS yang ngasih obat gratis ke penderita HIV/AIDS. Inti cerita ini menurut gw logis bgt dan sangat mungkin terjadi. Orang tua anak lelaki yg terlalu sayang sama anaknya dan gak percaya klo anaknya berbuat yang tidak baik, akhirnya menyalahkan menantu perempuannya. Dan bukannya membantu menantunya, Laksmi malah diasingkan, dan mereka cuma mau ngambil cucunya yang punya hubungan keluarga sama dia. Oya, yg jadi Bebe itu bulenya kerasa bgt, bukan Cinanya. Sepertinya salah orang, dia juga rada kaku aktingnya.

Setelah lama menanti, akhirnya nonton juga film ini. Memang patut ditunggu, tp sayang, adegan2 yang disensor jd tidak membantu memaknai film ini. Aktor dan aktrisnya juga uda cape2 akting tp ga dihargai sama khalayak ramai. Kan sayang. Mudah-mudahan, film ini akan terus berlanjut di dunia film internasional. Soalnya ceritanya bener2 menguak kehidupan perempuan di berbagai daerah. Dengar-dengar ada yang lagi bikin film dokumenter ttg perempuan di daerah mana gt, gw lupa. Mudah2an aja, semakin banyak film Indonesia yg berkualitas kaya gini.

written at October 2, 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar