Saat kecil, aku punya hobi yang aneh, sampai tidak ada sebutan yang tepat untuk hobiku itu. Ibuku menyebutnya "ngedalang", suatu kata yang paling mendekati kegemaranku yang memainkan barang-barang bagaikan dalang memainkan wayangnya. Mungkin kalau melihat mainan action figure seperti di toko mainan, kebiasaanku itu tidaklah aneh. Tapi, bukan hanya action figures yang sering kumainkan, aku bisa memainkan pulpen, gayung, bahkan jari-jariku sendiri. Aku bisa mempersonifikasikan benda-benda mati di sekitarku dan membentuk cerita khayalan tentang tokoh-tokoh itu. Dari situ aku berpendapat kalau aku seharusnya bisa menulis. Jadi saat kebiasaan "ngedalang" itu sudah aku tinggalkan dan mulai menuju masa pubertas, aku mulai menulis. Menulis cerpen cinta monyet yang kalau aku baca sekarang, aku pasti berpendapat kalau tulisanku sangat jelek, monoton, dan tidak mungkin terjadi di kehidupan nyata. Percaya atau tidak, aku lebih mudah menulis dengan bahasa Inggris. Ya, saat aku SMP hingga SMA bisa dikatakan aku lancar menulis dengan bahasa Inggris. Alasannya? Kosakata bahasa Inggrisku pas-pasan sehingga aku mudah mencari kata yang tepat, sedangkan kosakata bahasa Indonesiaku begitu luas sampai aku tidak tahu penggunaannya dalam kalimat. Hahaha...
Tadi pagi aku menulis dalam bahasa Perancis. Ini tentu saja bukan kali pertama aku menulis dalam bahasa Perancis karena aku sudah belajar bahasa itu sejak SMA. Tapi ini pertama kalinya aku diharuskan menulis dengan gaya Perancis yang susah itu, tidak langsung mengatakan yang sesungguhnya, tetapi berputar ke mana-mana. Sebenarnya ini kurang lebih cocok dengan gaya penulisanku juga. Tapi ini dalam bahasa Perancis!!! Dan saat ini kemampuanku sudah terpuruk ke jurang paling dalam karena aku sudah sangat jarang menggunakan bahasa ini. Aku sudah lupa gendernya, konjugasinya, penulisannya, jadi aku harus bolak-balik membuka kamus-kamus dan alhasil, dalam waktu 1,5 jam aku hanya sanggup menulis 6 kalimat! Kedengarannya sepele tapi aku sudah bangga sekali bisa menulis sedemikian banyak. Mungkin kalau dilihat dari jumlah huruf, dapat lebih dibanggakan. Yang membuat aku sangat bangga dengan hasilku adalah saat diperiksa oleh guruku, ia mengatakan kalau tulisanku bagus, "tres bien!". Sebenarnya pasti ia tidak memahami arti dari tulisanku karena aku sengaja membuatnya seperti itu dan pada akhirnya ia memang menanyakan artinya. Tapi yang penting adalah pujiannya kan? Hahaha...
Mungkinkah aku memang berbakat menulis? Bisa dikatakan aku senang menulis walaupun tidak banyak yang memuji hasilku. Aku menulis demi kesenangan dan kebutuhanku. Dan kurasa sampai nanti aku akan terus menulis...
Sabtu, 29 Mei 2010
Kamis, 27 Mei 2010
Trying to figure out myself
Mungkin aku hanya bosan dengan hidupku. Dalam diriku hidup kontradiksi yang tidak harmonis. Saat aku masih duduk di bangku SD, aku selalu membeli makanan yang sama setiap pagi untuk makan siangku. Saat aku mengambil kursus bahasa Inggris, aku selalu memesan makanan yang sama untuk makan siangku. Yah, sebenarnya monoton sudah menjadi semboyan hidupku, rutinitas sudah menjadi darahku. Tapi biar bagaimanapun, aku bisa membuang kue yang sudah dibelikan karena merasa bosan. Aku bisa tidak makan seharian karena aku tidak mau makan kue yang sudah setiap hari aku makan. Aku bosan tapi aku hanya diam karena terlalu takut untuk membeli sesuatu yang lain. Aku sudah merasa aman dalam lingkaran makananku sehingga tidak berani untuk menyeberang ke daerah lain. Untungnya kebiasaan ini dapat kukurangi, terutama saat aku kuliah. Kontrasnya lagi, dulu aku sangat mengidamkan kerja kantoran karena menurutku sangat stabil dan aman. Tapi aku mengambil sesuatu yang sepertinya masih ada dalam pribadiku, aku adalah orang yang cepat bosan. Jadi mungkin saja inilah yang terjadi pada diriku dalam bidang akademis. Masa SMP dan SMA lebih cocok bagiku karena hanya 3 tahun. Tapi kuliah seperti ini yang sedikitnya menghabiskan 5 tahun, rasanya aku tidak sanggup lagi! Harus mengulang rotasi 3 minggu, bertemu orang-orang yang awalnya menarik tapi ternyata tidak sama sekali, mencemaskan nilai tapi tidak dapat melakukan apa-apa, harus menonjolkan diri demi dikenal oleh senior. Itu bukanlah aku! Dan rasanya sangat tidak sanggup untuk mengulang semua itu selama 1 tahun lagi, apalagi untuk seumur hidup. Dan aku pun terduduk lesu, "Apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Aku sangat bosan!"
Aku selalu tidak dapat menerima diriku. Yah, mungkin itulah manusia. Gawatnya, aku tidak dapat menerima keadaan hidupku. Saat aku kecil, aku ingin cepat besar, bekerja, dapat uang, dan hidup mandiri secepatnya. Saat ini? Aku hanya ingin jadi anak kecil saat aku tidak perlu memikirkan beban hidup, tidak perlu bekerja, tidak perlu menjadi suatu pribadi yang dilihat oleh orang lain karena aku merasa diriku tidak cukup berharga untuk dilihat. Mungkin bila cerita dalam Shrek dapat benar-benar terjadi, aku tidak akan protes kepada Rumpel-blablabla itu karena aku memang tidak mau dilahirkan dan sering merasa iri dengan orang-orang yang sudah lebih dulu meninggal.
Aku selalu tidak dapat menerima diriku. Yah, mungkin itulah manusia. Gawatnya, aku tidak dapat menerima keadaan hidupku. Saat aku kecil, aku ingin cepat besar, bekerja, dapat uang, dan hidup mandiri secepatnya. Saat ini? Aku hanya ingin jadi anak kecil saat aku tidak perlu memikirkan beban hidup, tidak perlu bekerja, tidak perlu menjadi suatu pribadi yang dilihat oleh orang lain karena aku merasa diriku tidak cukup berharga untuk dilihat. Mungkin bila cerita dalam Shrek dapat benar-benar terjadi, aku tidak akan protes kepada Rumpel-blablabla itu karena aku memang tidak mau dilahirkan dan sering merasa iri dengan orang-orang yang sudah lebih dulu meninggal.
Senin, 03 Mei 2010
Have I found my way?
Aku suka bertanya-tanya, bagaimana aku dapat merasa pasti bahwa inilah jalan hidupku. Bagaimana seseorang dapat meyakinkan dirinya untuk menikahi seseorang yang dicintainya atau bagaimana dapat memilih pekerjaan apa yang ia inginkan. Dari dulu aku selalu ragu, ragu akan jalan hidupku sendiri. Pasalnya, aku tidak berani mencoba sesuatu yang kuinginkan. Banyak mimpi namun miskin tindakan. Itulah aku, sang pemimpi. Contohnya adalah saat berumur 13 tahun, aku belajar bermain gitar secara otodidak. Saat itu aku belajar diam-diam yang setelah beberapa minggu kuperlihatkan kepada keluargaku. Tentu saja mereka kaget dan akhirnya menawarkanku untuk les gitar. Tapi apa jawabku? Aku tidak mau karena aku ragu apakah aku akan berhasil dan sangat takut akan membuang-buang uang orang tuaku untuk membelikan gitar baru. Dan tentu saja sekarang aku menyesal. Seharusnya aku dapat menanam bibit musik dalam otakku agar dapat menjadi bunga yang mekar.
Saat ini, tepatnya hari ini, pertama kalinya aku merasakan gairah yang membara untuk mendiagnosis seorang pasien. Bila selama ini aku hanya menjalankan rutinitas membosankan demi menyelesaikan kuliah, kali ini aku merasa menemukan sesuatu yang sangat menarik dan sangat tidak membosankan. Tetapi lagi-lagi aku ragu apakah benar hidupku ingin kuhabiskan dengan ini. Apakah aku dapat bertahan untuk terus hidup seperti ini? Banyak pertimbangan tetapi memang perlu karena bagaimana pun ini adalah jalan hidupku untuk selamanya. Apakah waktu 3 minggu cukup bagiku untuk memutuskan sisa hidupku akan seperti apa? Sulit untuk dijawab sekarang karena sekali lagi aku ragu. Bagaimana aku bisa pasti akan jalan hidupku bila selama ini kuragu? Kutidak pernah berani melakukan sesuatu yang baru? Bagaimana bila aku sudah mengambilnya dan akhirnya aku tidak cocok, tidak menyukai lingkunganku, atau gagal? Sepertinya terlalu banyak ketakutan dalam diriku. Yah, mungkin aku akan mengambilnya karena banyak keuntungan yang kuperoleh dengan mendalaminya. Aku dapat menjadi orang yang selama ini kucita-citakan dengan kemampuan lebih yang orang lain tak punya.
Tapi tetap aku butuh waktu untuk berpikir dan beradaptasi untuk semakin meyakinkan diriku bahwa inilah jalan hidupku. Memang susah sekali untuk mengetahui apakah ini benar-benar jalan hidupku atau bukan. Semoga nantinya aku mendapatkan sesuatu yang kuinginkan.
Saat ini, tepatnya hari ini, pertama kalinya aku merasakan gairah yang membara untuk mendiagnosis seorang pasien. Bila selama ini aku hanya menjalankan rutinitas membosankan demi menyelesaikan kuliah, kali ini aku merasa menemukan sesuatu yang sangat menarik dan sangat tidak membosankan. Tetapi lagi-lagi aku ragu apakah benar hidupku ingin kuhabiskan dengan ini. Apakah aku dapat bertahan untuk terus hidup seperti ini? Banyak pertimbangan tetapi memang perlu karena bagaimana pun ini adalah jalan hidupku untuk selamanya. Apakah waktu 3 minggu cukup bagiku untuk memutuskan sisa hidupku akan seperti apa? Sulit untuk dijawab sekarang karena sekali lagi aku ragu. Bagaimana aku bisa pasti akan jalan hidupku bila selama ini kuragu? Kutidak pernah berani melakukan sesuatu yang baru? Bagaimana bila aku sudah mengambilnya dan akhirnya aku tidak cocok, tidak menyukai lingkunganku, atau gagal? Sepertinya terlalu banyak ketakutan dalam diriku. Yah, mungkin aku akan mengambilnya karena banyak keuntungan yang kuperoleh dengan mendalaminya. Aku dapat menjadi orang yang selama ini kucita-citakan dengan kemampuan lebih yang orang lain tak punya.
Tapi tetap aku butuh waktu untuk berpikir dan beradaptasi untuk semakin meyakinkan diriku bahwa inilah jalan hidupku. Memang susah sekali untuk mengetahui apakah ini benar-benar jalan hidupku atau bukan. Semoga nantinya aku mendapatkan sesuatu yang kuinginkan.
Langganan:
Postingan (Atom)