Mungkin aku hanya bosan dengan hidupku. Dalam diriku hidup kontradiksi yang tidak harmonis. Saat aku masih duduk di bangku SD, aku selalu membeli makanan yang sama setiap pagi untuk makan siangku. Saat aku mengambil kursus bahasa Inggris, aku selalu memesan makanan yang sama untuk makan siangku. Yah, sebenarnya monoton sudah menjadi semboyan hidupku, rutinitas sudah menjadi darahku. Tapi biar bagaimanapun, aku bisa membuang kue yang sudah dibelikan karena merasa bosan. Aku bisa tidak makan seharian karena aku tidak mau makan kue yang sudah setiap hari aku makan. Aku bosan tapi aku hanya diam karena terlalu takut untuk membeli sesuatu yang lain. Aku sudah merasa aman dalam lingkaran makananku sehingga tidak berani untuk menyeberang ke daerah lain. Untungnya kebiasaan ini dapat kukurangi, terutama saat aku kuliah. Kontrasnya lagi, dulu aku sangat mengidamkan kerja kantoran karena menurutku sangat stabil dan aman. Tapi aku mengambil sesuatu yang sepertinya masih ada dalam pribadiku, aku adalah orang yang cepat bosan. Jadi mungkin saja inilah yang terjadi pada diriku dalam bidang akademis. Masa SMP dan SMA lebih cocok bagiku karena hanya 3 tahun. Tapi kuliah seperti ini yang sedikitnya menghabiskan 5 tahun, rasanya aku tidak sanggup lagi! Harus mengulang rotasi 3 minggu, bertemu orang-orang yang awalnya menarik tapi ternyata tidak sama sekali, mencemaskan nilai tapi tidak dapat melakukan apa-apa, harus menonjolkan diri demi dikenal oleh senior. Itu bukanlah aku! Dan rasanya sangat tidak sanggup untuk mengulang semua itu selama 1 tahun lagi, apalagi untuk seumur hidup. Dan aku pun terduduk lesu, "Apa yang harus aku lakukan selanjutnya? Aku sangat bosan!"
Aku selalu tidak dapat menerima diriku. Yah, mungkin itulah manusia. Gawatnya, aku tidak dapat menerima keadaan hidupku. Saat aku kecil, aku ingin cepat besar, bekerja, dapat uang, dan hidup mandiri secepatnya. Saat ini? Aku hanya ingin jadi anak kecil saat aku tidak perlu memikirkan beban hidup, tidak perlu bekerja, tidak perlu menjadi suatu pribadi yang dilihat oleh orang lain karena aku merasa diriku tidak cukup berharga untuk dilihat. Mungkin bila cerita dalam Shrek dapat benar-benar terjadi, aku tidak akan protes kepada Rumpel-blablabla itu karena aku memang tidak mau dilahirkan dan sering merasa iri dengan orang-orang yang sudah lebih dulu meninggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar