Jumat, 25 Juni 2010

Cinta dalam The Last Station

Everything that I know... I know only because I love
Leo Tolstoy - War and Peace

The Last Station dimulai dengan kutipan di atas yang menggambarkan kepercayaan Tolstoy akan cinta. Tema ini memang sangat universal dan terdengar standar, tetapi Leo Tolstoy (penulis dan filsuf kebangsaan Rusia) membentuk suatu faham yang didasari oleh cinta dan diwujudkan oleh pengikutnya secara ekstrem. Tolstoy adalah aristokrat Rusia yang menentang ajaran Gereja Ortodoks. Ia mempercayai Yesus dan menerapkan ajaran cinta kasih dan anti kekerasan di segala kehidupannya. Ia adalah orang yang penuh cinta, menghormati orang-orang di sekitarnya walaupun namanya sudah begitu besar dan pengikutnya banyak. Ia menerapkan ajaran anti kekerasan yang akhirnya mempengaruhi Mahatma Gandhi dengan ahimsa-nya. Singkatnya, Tolstoy adalah pribadi yang begitu dipuja dan dihormati oleh semua orang. Salah satu nabi Yesus, dokter pribadinya berkata. Dalam The Last Station, penonton disajikan kompleksitas cinta yang terjadi pada hubungan Tolstoy dan istrinya.

Di dalam film, adegan dibuka dengan Helen Mirren sebagai Sofya Andreyevna, istri Tolstoy (Christopher Plummer) yang membuka jendela lalu berbaring di pelukan suaminya. Tangan Leo yang awalnya berada di bahu sang istri terkulai jatuh dan Sofya berusaha menahan lengan itu. Dari adegan ini sudah tergambar hubungan yang tidak harmonis antara sepasang suami istri yang berbeda 16 tahun itu. Hubungan mereka yang saling mencintai namun tidak memahami dan tidak berkorban satu sama lain mengisi alur cerita film ini. Diceritakan oleh Sofya bagaimana dahulu, saat awal pernikahan, kehidupan mereka begitu harmonis. Sofya sangat mendukung suaminya dalam menulis, bahkan mereka mendiskusikan karakter yang mereka ciptakan. Setelah Tolstoy mengeluarkan ajarannya dan banyak pemuda-pemudi yang mengikuti alirannya, Tolstoy pun berubah. Istrinya bukan lagi partner kerjanya karena adanya Vladimir Chertkov (Paul Giamatti) yang membentuk Tolstoyan. Sofya pun tidak memahami keyakinan suaminya dan sebutan "drama queen" sangat cocok melekat padanya. Perbedaan karakteristik keduanya yang sangat mencolok membuat orang-orang di sekitar Tolstoy, bahkan anaknya sendiri Sasha berusaha memisahkan mereka. Tingkah laku Sofya yang terlalu mendramatisir segala suasana dan teriakan serta perkataannya yang tajam bertentangan dengan Tolstoy yang mencari kedamaian dan ketenangan. Walaupun begitu, cinta dan hasrat selalu ada di antara mereka. Sofya selalu mempunyai cara untuk menunjukkan cintanya. Namun, pertentangan mereka juga selalu hadir. Puncaknya saat Leo ingin membuat surat wasiat baru yang berisi pewarisan harta kekayaannya untuk rakyat miskin. Sofya yang kuatir akan kesejahteraan hidupnya kelak sangat menentang keputusan ini. Sementara itu, Vladimir Chertkov yang mewakili Tolstoyan ingin membentuk ikon Tolstoy yang sempurna (walaupun sebelum ajarannya terbentuk, Tolstoy bukanlah seorang yang patut ditiru).

Walapun jalinan cinta antara kedua sejoli tersebut sangat kuat, orang-orang terdekat Tolstoy (Chertkov, dokter pribadinya, Sasha anaknya) berhasil memisahkan keduanya. Tolstoy pun pergi meninggalkan kediamannya di Yasnaya Polyana tak lama setelah ia menandatangani surat wasiat baru. Umurnya yang sudah uzur tidak dapat menahan terpaan bakteri sehingga ia pun sakit-sakitan dalam perjalanan. Di stasiun Astapovo, ia sakit parah (pneumonia-Wikipedia.org) dan tidak dapat melanjutkan perjalanan. Kesadarannya menurun dan ia pun mengucapkan nama Sofya berkali-kali. Sofya pun datang, namun orang-orang melarangnya menemui suaminya sendiri dengan alasan perilaku Sofya yang kurang pantas. Di saat terakhirnya, kesadaran Tolstoy yang begitu menurun membuatnya tidak dapat berkomunikasi dengan istrinya.

Dalam film ini kita belajar tentang cinta, bagaimana sepasang suami istri mempertahankan pernikahan mereka hanya karena cinta, dan menyampingkan perbedaan-perbedaan yang mengganggu ketenangan hidup. Cinta yang ekstrem digambarkan dalam ajaran Tolstoyan, mengajarkan kita untuk mencintai sesama makhluk hidup, bahkan tidak boleh membunuh seekor nyamuk. Seorang Tolstoyan yang bimbang saat berhadapan dengan cinta karena memeluk ajaran Tolstoy dengan begitu kaku.

Cinta tidak dapat ditulis. Cinta tidak dapat dilukis. Cinta tidak dapat diungkapkan. Cinta tidak dapat dipegang. Cinta tidak dapat diatur. Cinta tidak dapat dikurung. Biarkanlah cinta bebas dan kamu akan menemukan kebahagiaan.

Jumat, 11 Juni 2010

Sex and The City 2, "I AM WOMAN"


Oh yes I am wise
But it's wisdom born of pain
Yes, I've paid the price
But look how much I gained
If I have to, I can do anything
I am strong (strong)
I am invincible (invincible)
I am woman


Lagu di atas dinyanyikan dengan sangat amatir oleh Sarah Jessica Parker, Kim Cattrall, Kristin Davis, dan Cynthia Nixon dalam film Sex and The City 2. Walau begitu, tetap saja lagu itu dapat memeriahkan suasana dan mendapat tanggapan yang sangat positif dari audiens. Bukan cuma hiburan yang disuguhkan, tetapi lirik lagu itu menggambarkan keseluruhan film.
Film Sex and The City 2 memang tentang wanita dan masalah-masalahnya. Cerita yang fairy tale, baju-baju bermerk dan glamor, pria-pria keren, dan tempat-tempat eksotis menghiasi film ini. Yang mengejutkan adalah kali ini sang penulis ingin menyampaikan pesan yang sedikit 'lebih berat' dari film pertama. Yah, karena ini film sekuel, tentu saja perbandingannya dengan film pertama tidak dapat dihindari. Kalau film pertama dapat mengemas masalah tiap karakter dan mengembangkannya dengan baik, pada film ini kurang terlihat karena dibayangi oleh tema besar yang memang ingin diangkat. Tema besar itu adalah "Suara Perempuan" yang dengan ekstrem digambarkan oleh Michael Patrick King (sutradara dan penulis) tentang Perempuan Barat dan Perempuan Timur. Tentu saja gambaran Perempuan Barat diwakili oleh 4 sahabat yang sudah kita kenal. Perempuan Timur di sini adalah para wanita Abu Dhabi yang harus memakai jilbab dan cadar. Kontradiksi antara keterbukaan perempuan Barat dengan ketertutupan perempuan Timur disatukan dengan hak suara yang dimiliki perempuan. Carrie Bradshaw baru saja merilis bukunya, suatu satire tentang pernikahan yang dikritik oleh The New Yorker. Karikaturnya digambarkan dengan bibir yang ditutup. Ia lalu menyamakan dirinya dengan para perempuan Abu Dhabi yang memakai cadar. Masalah ini langsung terjawab oleh Samantha dengan mengatakan bahwa penulis review merasa terintimidasi. Masalah yang sama juga dialami oleh Miranda Hobbes, sang pengacara yang begitu menyukai pekerjaannya. Suatu hari ada atasan baru yang sangat tidak menyukainya dan selalu mengangkat tangannya untuk menyuruh Miranda diam. Miranda pun akhirnya menyadari bahwa itulah penyebab atasannya tidak menyukainya, karena merasa terintimidasi oleh suara seorang perempuan. Puncaknya adalah bentrokan budaya yang dialami Samantha Jones yang kita tahu adalah seorang gila seks. Dari cara ia berbicara, berpakaian, dan berlaku, semuanya salah di mata Miranda yang mempelajari kebudayaan Abu Dhabi. Tapi Samantha tetaplah Samantha. Ia tidak dapat dikekang oleh budaya mana pun. Alhasil ia pun ditangkap polisi dan liburan indah mereka harus diakhiri. Tetapi bentrokan budaya Barat dan Timur belum selesai bila tidak diakhiri dengan Samantha berpakaian tank top dan celana pendek (karena kepanasan) membereskan tasnya yang jatuh, dengan dikelilingi para pria Abu Dhabi yang berpakaian khas daerah mereka dan akan pergi shalat Jumat. Mereka semua berdiri mengelilingi Samantha dengan gerak-gerik seperti menghakiminya. Pesan berikutnya bahwa semua perempuan di belahan dunia mana pun sama, tidak peduli kemasan luarnya, tersampaikan dengan adegan para perempuan Abu Dhabi melepas jilbab dan baju khasnya (sempat disebut oleh Miranda) dan ternyata berpakaian layaknya Perempuan Barat.
Selain masalah di atas yang memang serius, tentu saja masalah perempuan yang umum ditemukan juga diangkat dalam film ini. Charlotte sebagai ibu rumah tangga yang sangat mencintai keluarganya merasa sangat bersalah karena menikmati liburan tanpa kedua anak yang memang merepotkan. Pasalnya, Rose yang saat ini berumur 2 tahun selalu berteriak dan menangis. Lily pun tidak membantu karena ia sudah lebih besar dan aktif. Untungnya ada pengasuh penuh waktu yang sangat membantunya tetapi sangat seksi sehingga ia merasa terintimidasi, takut suaminya 'bermain' dengan pengasuhnya. Di sepanjang film, sifat cemasnya ini sangat tergambarkan. Lalu, Miranda yang seorang ibu, merasa bersalah karena tidak dapat lebih dekat dengan anaknya, tetapi di satu sisi ia juga sangat menyukai pekerjaannya. Carrie yang saat ini sudah menikah selama hampir 2 tahun, tidak dapat menyesuaikan diri dengan gaya hidup suaminya. Mereka mempunyai kebebasan sendiri tentang perkawinan dan hal itu ditentang oleh orang-orang sekelilingnya. Belum lagi Carrie bertemu dengan mantan kekasihnya di Abu Dhabi, kesetiaannya pun diuji dan pernikahannya terancam batal.
Selain masalah keluarga dan pasangan, Samantha yang memang hidup bebas digambarkan mengalami ketakutan akan menopause. Ia menelan sejumlah vitamin dan hormon untuk mempertahankan daya tariknya. Gairahnya yang menurun saat melihat sekumpulan pria setengah telanjang membuat ia semakin yakin akan ke-menopause-annya.
Semua masalah yang dialami keempat sahabat ini tentu saja dialami oleh perempuan mana pun yang seumuran. Kalau dilihat lagi, semua masalah ini sangat pelik dan kompleks. Tetapi bagaimana pun film ini adalah film hiburan yang akhir ceritanya pasti happy-end. Pesan utama juga sudah tersampaikan sehingga untuk masalah-masalah yang sebenarnya lebih bersahabat dengan para penonton ini diselesaikan dengan cara khas Hollywood: digampangkan! Untungnya Charlotte dan Carrie menikahi pria yang tepat sehingga mereka dapat bernapas lega. Untungnya, nanny yang sangat seksi itu mempunyai orientasi seksual yang berbeda. Miranda pun tetap berada di jalannya karena suaminya juga sangat mendukungnya. Samantha tetap menarik di mata para pria dan tetap mendapatkan seks yang ia inginkan.
Yah, film ini adalah film perempuan, penuh dengan pemandangan bagus, tawa, dan emosi yang dimanjakan. Sayangnya pesan berat yang ingin disampaikan sutradara kurang mampu mengembangkan karakter para tokoh utamanya, kecuali Samantha. Bila tidak diberitahukan di setiap percakapan mungkin kita tidak menyadarinya. Di akhir film pun kita tidak mendapatkan rasa puas seperti yang dirasakan setelah menonton film pertamanya. Walaupun pengemasannya tidak sebagus film pertama tetapi film ini patut diacungi jempol karena berani mengangkat tema "I AM WOMAN."


Selasa, 08 Juni 2010

Menghindar

Perasaan itu datang begitu saja
Jantungku berdegup kencang
Dan aku mulai tidak bisa diam
Tapi aku tidak melangkah

Aku ingin berteriak
Aku ingin dibebaskan
Tapi aku tak kuasa
Berjalan menuju asa

Sinaps otakku bergerak cepat
Mengarang alasan untuk menghindar
Dan logikaku menerimanya
Dan aku pun lebih tenang

Lalu aku pun duduk diam
Berharap penyesalan datang belakangan
Dan aku pun membuka hati
Dan mulai menulis

Kamis, 03 Juni 2010

Agora, a film about men's stupidity and woman's thoughts


Setelah menonton film ini ada rasa penyesalan yang sangatttttt mendalam. Bukan karena filmnya jelek tetapi karena emosiku yang akhir-akhir ini terlalu berlebihan, terbawa, terombang-ambing, dan dihempaskan. Semua oleh film Agora ini. Terlalu terbawa perasaan kalau kata orang. Terlalu banyak kebencian yang aku rasakan saat menonton film ini, padahal film itu hanya menyajikan kebenaran.
Setting waktunya kalau menurut cover dvd adalah pada tahun 391 AD. Saat itu di Aleksandria, Mesir, agama Kristen mulai memasuki kota itu. Mulailah kebencian yang aku rasakan, karena film ini menceritakan pertentangan agama. Saat itu di Mesir masih menyembah dewa-dewanya yang banyak itu. Aku sangat mengagumi setting tempat dan kebudayaannya. Begitu banyak hasil seni yang melambangkan para dewa, buku-buku yang melambangkan kemajuan ilmu pengetahuan mereka, dan segala macam kebudayaan lainnya yang memang dimiliki oleh Aleksandria. Sayang sekali, karena penganut agama Kristen yang waktu itu memang sosial menengah ke bawah menghancurkan semuanya. Sebagai penganut agama Kristen, aku jadi malu pernah punya nenek moyang seperti itu, begitu bodoh, tidak berbudaya, dan sangat liar. Tapi ini adalah bagian dari sejarah. Agama Kristen pun berkuasa. Lalu kembali terjadi pertentangan, kali ini dengan agama Yahudi. Uskup baru Kristen adalah orang yang sangat licik dan membenci Yahudi. Dengan intrik politik yang sangat menyebalkan, orang-orang Kristen bisa dikatakan "menang" melawan orang Yahudi. Oya, perlu dicatat bahwa agama Kristen mempunyai pasukan atau tentara Kristus yang bersenjatakan batu dan pedang. OMG, sangat brutal dan bodoh!!!
Tersebutlah seorang filsuf wanita bernama Hypathia, seorang wanita yang mempunyai keyakinan terhadap filosofi. Ia menghabiskan hidupnya mengungkapkan misteri alam semesta. Kalau dari film ini, ia ternyata adalah penemu orbit bumi berbentuk elips. Ia penganut heliosentris yang juga sudah lebih dulu ada teorinya. Aku sangat mengagumi wanita seperti ini. Hidup pada zaman wanita masih dianggap rendah, kepintarannya sangatlah menonjol. Dan dibandingkan laki-laki bodoh yang sangat tunduk dengan ajaran agama masing-masing sampai-sampai semua perkataan di Alkitab diakui, Hypathia adalah satu-satunya orang yang mengikuti logikanya. Ia pun tetap mempertahankan keyakinannya itu sampai akhir hayatnya. Sebenarnya akhir ceritanya terlalu tragis tapi mungkin memang itu yang terjadi dan sutradara film Agora sungguh berhasil menanamkan bumbu-bumbu agar cerita ini menarik diangkat ke layar lebar.

Selasa, 01 Juni 2010

Alone

I'm lying in my bed. It's been days now. Ain't doing anything, you know? Just lying and staring. Maybe I'm like a cadaver, or hope to be one. I don't know. I don't know. I'm silent from the outside but my mind, oh my mind thinks everything. I'm listening to this song right now and I got carried away. Now my mood's in the deepest sea, great! I fall again. Again!!! I have no control of my emotions, I have no control of my body. This is I, alone and suffer. I can just complain about things, about stuff but I do nothing about them. I can't do anything but I don't try. That's me! The very sad-alone-and always-pity-herself girl. I'm no teenage girl, I'm an ADULT, for God's sake. And still... I do NOTHING... Nothing... Nothing's good about me.

Lari

Tembok besar itu masih menjulang
Kuberlari mencari jalan pulang
Entah mengapa kudapati lagi tembok itu
Kini semakin tinggi
Aku pun berlari lagi
Dan tembok itu tetap ada di depanku
Kucoba memanjatnya namun tak mungkin
Kucoba merobohkannya tapi mustahil
Dan aku pun kembali berlari
Dan tembok itu semakin banyak
Dan semakin tinggi...

Batu kosong

Luka itu masih menganga
Malah semakin luas
Kukira waktulah obatnya
Tapi terlalu lama

Kutakmau tetap di luka ini
Tapi apa dayaku?
Aku tak dapat menangkis
Aku tak dapat pergi

Bagaikan terpenjara dalam tubuh sendiri
Bagaikan terperangkap dalam bayangan semu
Kutak dapat bergerak maju
Ku hanya merenungi nasib

Dunia bagaikan neraka
Manusia memuntahkan batunya
Aku tak melihat-Nya
Dan aku tetap tinggal dalam luka

Aku tak mengerti diriku
Aku tak mengenal tubuh asing ini
Mungkin setan telah merasuki
Tapi mengapa aku tetap merasa aku?

Aku butuh bantuan
Tapi aku tak berteriak
Aku butuh kehangatan
Tapi aku tak beranjak
Aku butuh teman
Tapi aku tak berkata
Aku butuh cinta
Dan aku menolak

Aku adalah batu kosong
Meratapi nasib hampa